Bila Telah Tiba Waktuku...

Satu persatu orang-orang yang terdekatku telah meninggalkan dunia ini. Bermacam-macam peristiwa sakaratul maut yang mereka jalani, ada yang menjerit ketakutan dan ada yang manis dengan senyuman. Peristiwa-peristiwa tersebut membuat diriku semakin takut akan masih berkurangnya ibadah dan ketaqwaanku kepada Allah SWT, sedangkan ajal setiap saat akan menjemput.


Bila telah tiba waktuku… sudah siapkah aku menghadapinya ? Saat di mana aku dalam lubang yang sempit didudukkan untuk menjawab pertanyaan dari dua Malaikat yang datang kepadaku : Siapa Rabb-mu, apa agamamu dan siapa Nabimu ?

Cukupkah aku menjawabnya : Rabb-ku adalah Allah SWT ? Islam adalah Agamaku ? Nabiku Muhammad SAW ? Semudah itukah menghadapi fitnah qubur ? Rasanya tidak. Tidak akan semudah itu. Sebagaimana telah tertanamkan dalam jiwaku keyakinan akan adanya Allah SWT, bahwa tidaklah segala sesuatu itu ada dan terjadi dengan sendirinya serta tanpa maksud dan tujuan. Keyakinan akan kesempurnaan agama Islam yang disampaikan kepada manusia agar mereka memperoleh kemudahan dan kebahagiaan hidup di dunia, sebelum di akhirat kelak.

Kemuliaan akhlaq Rasulullah SAW, sifat amanahnya dan kejujurannya yang merupakan teladan terbaik bagi umat manusia dan sudah selayaknya diriku mengikuti Sunnah Rasulullah SAW.

Allah SWT telah menurunkan kitab-kitab-Nya dan mengutus para Rasul-Nya dan telah memperingatkan manusia dengan kematian, agar segera bertaubat sebelum ajal tiba. Dan Allah telah mewasiatkan untuk bertaqwa kepada-Nya dan jangan sampai wafat kecuali dalam keadaan bertaqwa.

Rasulullah SAW bersabda : “Sesunguhnya Allah menerima taubat seorang hamba selama nyawa belum berada di kerongkongannya”. [dari Abi Abdurrahman bin Abdillah bin Umar bin Khathab diriwayatkan oleh Tirmidzi].

Kebaikan dan rahmat Allah telah dicurahkan, jalan dan rambu-rambu telah digariskan. Apa yang bermanfaat bagiku dan yang bermudharat bagiku telah Allah SWT jelaskan. Rasulullah SAW bersabda : “Seluruh umatku akan masuk ke dalam surga, kecuali yang enggan. Para shahabat bertanya: “Siapakah yang enggan wahai Rasulullah”. Beliau menjawab: “Barangsiapa yang mentaatiku, maka ia akan masuk surga. Dan barangsiapa yang bermaksiat kepadaku, maka dialah yang enggan”. [dari Abu Hurairah ra diriwayatkan oleh Bukhari]

Tidak boleh diri ini putus asa dari rahmat Allah, karena rahmat dan ampunan Allah lebih luas dari dosa-dosa ini, sebagaimana Allah SWT berfirman : Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas terhadap diri mereka sendiri, janganlah kalian putus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni dosa-dosa semuanya. Sesungguhnya Dia-lah yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”. [Qs. az-Zumar : 53]

Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang akan menerima taubat hamba-Nya sebesar apa pun dosanya. Dalam sebuah hadits Qudsi, Rasulullah SAW bersabda bahwa Allah SWT berfirman : “Wahai anak Adam selama engkau masih berdoa kepada-Ku dan berharap kepada-Ku, Aku ampuni engkau apa pun yang datang darimu dan aku tidak peduli. Wahai anak Adam walaupun dosa-dosamu mencapai batas langit kemudian engkau meminta ampun kepada-Ku, Aku akan ampuni engkau dan Aku tidak peduli. Wahai anak Adam, jika engkau mendatangi-Ku dengan sepenuh bumi dosa dan engkau tidak menyekutukan-Ku, maka Aku akan menemuimu dengan sepenuh itu pula ampunan”. [dari Anas bin Malik ra diriwayatkan Tirmidzi].

Rasulullah SAW pernah berpesan kepada Abdullah bin Umar ra, sambil memegang pundak iparnya ini, Rasulullah SAW bersabda : “Jadilah engkau di dunia ini seperti orang asing atau bahkan seperti orang yang sekedar lewat (musafir)”. [HR. Bukhari]

Semua isi al-Qur’an dan Hadits sangat tepat mengenai dunia. Semakin aku menikmati dunia, semakin membuat diriku terbuai, angan-angan yang melambung untuk berusaha meraih predikat sukses, padahal sewaktu-waktu Allah SWT dapat mengangkat kenikmatan tersebut dan tidak ada bekal yang dibawa kecuali hanya berupa kain kafan. Dunia hanya mempermainkan pikiran dan tubuh sehingga hati menjadi lalai dan lengah untuk berdzikir kepada Allah SWT.

Rasulullah SAW pernah melewati pasar sementara orang-orang ada di sekitar Beliau. Beliau melintasi bangkai seekor anak kambing yang kecil atau terputus telinganya (cacat). Beliau memegang telinga bangkai tersebut seraya bersabda : “Siapa di antara kalian yang suka memiliki anak kambing ini dengan membayar seharga satu dirham?” Mereka menjawab, “Kami tidak ingin memilikinya dengan harga semurah apapun. Apa yang dapat kami perbuat dengan bangkai ini ?” Rasulullah SAW kemudian bersabda : “Apakah kalian suka bangkai anak kambing ini menjadi milik kalian ?” “Demi Allah, seandainya pun anak kambing ini masih hidup, tetaplah ada cacat, kecil/terputus telinganya. Apa lagi ia telah menjadi seonggok bangkai”, jawab mereka. Beliau pun bersabda setelahnya : “Demi Allah, sungguh dunia ini lebih rendah dan hina bagi Allah daripada hinanya bangkai ini bagi kalian”. [dari Jabir bin Abdillah ra, diriwayatkan oleh Muslim]

Allah SWT saja menghinakan dunia, kenapa aku tenggelam dalam kesenangan dunia ? Rasulullah SAW bersabda : “Seandainya dunia punya nilai di sisi Allah walau hanya menyamai nilai sebelah sayap nyamuk, niscaya Allah tidak akan memberi minum kepada orang kafir seteguk airpun”. [HR. at-Tirmidzi]

Sebagai seorang muslim aku seharusnya memiliki visi dan rencana untuk kehidupan yang lebih kekal abadi. Dunia hanyalah tempat penyeberangan, sedangkan Akhirat merupakan negeri keabadian yang keutamaannya tiada terbandingi dengan dunia. Rasulullah SAW bersabda : “Tidaklah dunia bila dibandingkan dengan akhirat kecuali hanya semisal salah seorang dari kalian memasukkan sebuah jarinya ke dalam lautan. Maka hendaklah ia melihat apa yang dibawa oleh jari tersebut ketika diangkat ?” [HR. Muslim]

Betapa kecilnya Dunia bila dibandingkan dengan Akhirat. Maka siapa lagi yang tertipu oleh dunia selain orang yang pandir, karena dunia takkan dapat menipu orang yang cerdas dan berakal.

Yaa Allah… Bila telah tiba waktuku… Allah telah memanggilku… ambilah aku dalam keadaan Khusnul Khotimah (baik di akhir) dan sempatkanlah aku mengucapkan kalimat "LA ILAHA ILLALLAH".

Comments